7 Perkataan Yesus – “Aku Adalah…”

By -Published On: 24 October, 2025-Categories: Iman Katolik, Katekese-Views: 10-

Apa Itu Tujuh “Aku adalah…” dan Mengapa berjumlah Tujuh?

Tujuh “Aku Adalah” adalah tujuh pernyataan metaforis Yesus dalam Injil Yohanes yang dimulai dengan frasa “Akulah” (Egō Eimi). Frasa ini, diikuti dengan sebuah metafora (misal, “rotinya,” “terangnya”), adalah penyingkapan diri Yesus yang paling gamblang tentang identitas dan misi Ilahi-Nya.

Mengapa tujuh? Dalam tradisi Yahudi dan Kitab Suci, angka tujuh melambangkan kesempurnaan, kepenuhan, dan kekudusan. Dengan tujuh pernyataan ini, Santo Yohanes, di bawah inspirasi Roh Kudus, menyatakan bahwa dalam diri Yesus-lah kepenuhan dan kesempurnaan Wahyu Allah itu ada. Ia adalah jawaban sempurna atas segala kebutuhan rohani umat manusia.

Apa Saja Tujuh Perkataan Yesus Tentang Diri-Nya?

  1. “Akulah roti hidup.” (Yohanes 6:35, 48​​​​​​)
  2. “Akulah terang dunia.” (Yohanes 8:12​​​​​)
  3. “Akulah pintu.” (Yohanes 10:7, 9​​​​)
  4. “Akulah gembala yang baik.” (Yohanes 10:11, 14​​​)
  5. “Akulah kebangkitan dan hidup.” (Yohanes 11:25​​)
  6. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” (Yohanes 14:6​)
  7. “Akulah pokok anggur yang benar.” (Yohanes 15:1, 5)

Mengapa Perkataan Ini Hanya Ada Di Injil Yohanes?

Pernyataan “Aku Adalah” (Egō Eimi) yang metaforis ini hampir secara eksklusif ditemukan dalam Injil Yohanes bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan cerminan dari tujuan teologis, audiens, dan konteks penulisan yang berbeda antara Injil Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas).

Aspek Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas) Injil Yohanes
Gaya & Fokus Biografis-Historis. Menceritakan apa yang Yesus lakukan dan ajarkan (perumpamaan, mukjizat, peristiwa) dengan narasi yang linear. Teologis-Reflektif. Menjelaskan siapa Yesus sebenarnya (hakikat, identitas Ilahi-Nya). Ia merefleksikan makna mendalam di balik tindakan dan perkataan Yesus.
Gambar Kristus Mesias yang Menderita & Anak Manusia. Menekankan kemanusiaan Yesus dan penggenapan nubuat Perjanjian Lama. Sang Firman (Logos) yang Menjadi Manusia. Menekankan keallahan Yesus yang kekal dari sejak awal.
Audiens Sasaran Utama: Umat Kristen yang berasal dari Yahudi & non-Yahudi (gentiles) yang perlu mengetahui dasar-dasar kehidupan dan ajaran Yesus. Umat Kristen yang sudah mapan (baik dari Yahudi maupun Hellenis) yang membutuhkan pendalaman iman untuk menghadapi bidaah (seperti Doketisme) dan memperdalam hubungan dengan Kristus.
Konteks Waktu Kemungkinan besar ditulis lebih awal (tahun 60-70 M), lebih dekat dengan peristiwa sejarahnya. Ditulis paling akhir (tahun 90-100 M), setelah beberapa dekade Gereja merenungkan makna Yesus.

Apa Dasar dan Latar Belakang Teologis dari Frasa “Aku Adalah (Egō Eimi)?

Pemahaman ini tidak mungkin tanpa merujuk pada Kitab Suci Perjanjian Lama dan bagaimana Tradisi Gereja menafsirkannya.

  • Koneksi Kitab Suci yang Mendalam: Nama Ilahi

    • Keluaran 3:14: Ketika Musa bertanya nama-Nya, Allah menjawab, “AKU ADALAH AKU” (Ehyeh Asher Ehyeh). Dalam terjemahan Yunani (Septuaginta), frasa yang digunakan adalah Egō Eimi — persis sama dengan yang diucapkan Yesus.

    • Makna: Setiap kali Yesus mengatakan “Egō Eimi“, Ia tidak hanya menyatakan identitas-Nya dalam metafora tertentu, tetapi juga menyiratkan ke-Allahan-Nya. Ia mengklaim untuk diri-Nya sendiri Nama Yang Tak Terucapkan dari Allah Israel. Inilah sebabnya orang-orang Yahudi beberapa kali ingin melempari Dia dengan batu, karena mereka memahami bahwa Yesus “menyamakan diri-Nya dengan Allah” (Yohanes 5:18, 8:58-59).

    • Penggenapan yang Disengaja: Para penulis Injil, di bawah inspirasi Roh Kudus, memiliki pesan yang saling melengkapi. Sinoptik memberikan “fakta-fakta dasarnya,” sementara Yohanes memberikan “interpretasi ilahinya.”

      Contoh: Sinoptik mencatat Perjamuan Terakhir dimana Yesus memecah-mecahkan roti (sebuah tindakan). Yohanes, justru tidak mencatat institusi Ekaristi dalam perjamuan itu, tetapi ia memberikan Khotbah Perpisahan yang panjang (Yoh 13-17) dan pengajaran bahwa “Akulah Roti Hidup” (Yoh 6). Yohanes menggali makna teologis dari Ekaristi itu sendiri.

    • Pernyataan “Aku Adalah” yang Netral dalam Sinoptik: Frasa Egō Eimi sebenarnya muncul dalam Injil Sinoptik, tetapi biasanya dalam konteks yang berbeda, seringkali hanya berarti “ini Aku” (misal, Markus 6:50). Namun, dalam Yohanes, frasa ini selalu dibebani dengan makna teologis yang dalam, mengacu pada Keluaran 3:14.

  • Pengajaran Magisterium dan Tradisi Suci

    • Konsili Kalsedon (451 M): Konsili ini menegaskan bahwa Yesus adalah satu Pribadi dalam dua kodrat, ilahi dan manusiawi. Pernyataan “Egō Eimi” adalah bukti biblikal dari keyakinan ini. Pribadi yang berkata-kata (Sang Firman, Pribadi Kedua Tritunggal) adalah Pribadi Ilahi yang kekal.

    • St. Agustinus dan Bapa-Bapa Gereja Lainnya: Mereka melihat dalam Injil Yohanes suatu “Injil Spiritual” yang penuh dengan simbol-simbol mendalam. Tujuh “Aku Adalah” dipandang sebagai penggenapan dari segala yang dilambangkan dalam Perjanjian Lama. Misalnya, Yesus adalah manna yang sesungguhnya (Kel 16), terang dari bait suci (Imamat 24:2), dan gembala sejati pengganti gembala-gembala yang gagal (Yehezkiel 34).

    • St. Klemens dari Aleksandria (sekitar 150–215 M) merangkum konsensus Tradisi awal dengan mengatakan: “Yohanes, sadar bahwa hal-hal lahiriah [fakta-fakta jasmani] telah diceritakan dalam Injil-Injil [Sinoptik], didorong oleh teman-temannya dan diilhami oleh Roh, menulis sebuah Injil Rohani.”

    • Konsili Vatikan II (Dei Verbum, 19) menegaskan bahwa para penulis Injil “memilih beberapa hal dari banyak hal yang telah disampaikan secara lisan atau sudah ditulis, menyusun beberapa di antaranya secara ringkas, menguraikan beberapa lainnya, atau menyesuaikannya dengan situasi jemaat-jemaat, dengan tetap mempertahankan bentuk pewartaan.” Ini berarti, Yohanes, dengan bimbingan Roh Kudus, memilih untuk menyusun Injilnya di sekitar tema-tema teologis yang tinggi seperti “Aku Adalah” untuk memenuhi kebutuhan jemaatnya.

Mengapa Yesus Mengajarkan Hal Ini dan Apa Tujuan-Nya?

Yesus menggunakan metafora yang dalam dan berlapis untuk beberapa alasan strategis:

  1. Menyatakan Diri sebagai Penggenapan Perjanjian Lama: Setiap metafora yang Yesus gunakan adalah akrab bagi pendengar Yahudi-Nya dan memiliki akar yang dalam dalam Kitab Suci dan liturgi Yahudi. Dengan mengatakan “Akulah…” Ia menyatakan bahwa Dia adalah kenyataan yang sesungguhnya dari mana semua simbol Perjanjian Lama hanya merupakan bayangan. (Lihat Kolose 2:17).

  2. Mengundang ke dalam Iman yang Mendalam dan Pribadi: Yesus tidak memaksa. Ia mengajak orang untuk beriman, untuk melampaui yang kasat mata dan masuk ke dalam misteri diri-Nya. Setiap “Aku Adalah” adalah sebuah undangan (“Barangsiapa haus, …” Yoh 6:35) dan sekaligus sebuah tuntutan untuk percaya.

  3. Menjalin Relasi yang Hidup: Metafora-metafora ini tidak statis. Mereka menggambarkan relasi yang dinamis antara Yesus dan orang yang percaya:

  • Kita makan Roti Hidup.
  • Kita mengikuti Terang Dunia.
  • Kita masuk melalui Pintu.
  • Kita mendengarkan suara Gembala Yang Baik.
  • Kita tinggal di dalam Pokok Anggur.
  • Ini semua adalah gambaran dari kehidupan spiritual yang organik dan hidup.

Apa Yang Diharapkan yesus Dari Kita Melalui Pernyataan-Nya Itu?

Tujuh “Aku Adalah” bukanlah pernyataan pasif untuk dikagumi. Mereka adalah panggilan untuk sebuah respons.

  1. Percaya (Iman): Inti dari setiap respons adalah iman. Yesus mengharapkan kita untuk mempercayai klaim-Nya yang radikal tentang diri-Nya sendiri. “Itulah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu supaya kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yohanes 6:29).

  2. Bersatu dengan Dia (Persekutuan): Yesus mengharapkan kita untuk masuk ke dalam persekutuan yang mesra dan hidup dengan-Nya. Ini mencapai puncaknya dalam pernyataan “Akulah Pokok Anggur,” di mana kita dipanggil untuk “tinggal” di dalam Dia. Dalam Tradisi Katolik, persekutuan ini dipupuk paling sempurna melalui Sakramen-Sakramen, terutama Ekaristi (“Roti Hidup” adalah fondasi bagi pemahaman Ekaristi).

  3. Meneladani dan Berbuah (Pelayanan): Persekutuan dengan Kristus harus menghasilkan tindakan. Kita yang telah diterangi oleh “Terang Dunia” harus menjadi terang bagi orang lain (Matius 5:14). Kita yang telah dipimpin oleh “Gembala Yang Baik” dipanggil untuk melayani dan mengorbankan diri bagi sesama. Kehidupan di dalam “Pokok Anggur” harus menghasilkan “buah” yang nyata (Yohanes 15:5, 8).

Apa Yang Dapat Disimpulkan?

Tujuh “Aku Adalah” dalam Injil Yohanes adalah biografi ilahi yang ditulis oleh Yesus sendiri. Melalui pernyataan-pernyataan ini, yang berakar pada Kitab Suci Perjanjian Lama, ditafsirkan oleh Tradisi Suci, dan ditegaskan oleh Magisterium Gereja, kita diajak untuk mengenal Yesus bukan sebagai tokoh sejarah semata, tetapi sebagai Allah yang menjadi manusia, yang adalah jawaban sempurna atas segala kerinduan, kebingungan, dan kefanaan kita.

Inti sari dari ketujuh pernyataan “Aku Adalah”, dalam kerangka Katolik:

  1. Roti Hidup: Ekaristi. Kepenuhan spiritual dan jasmani kita ditemukan dalam Tubuh dan Darah Kristus yang kita santap.

  2. Terang Dunia: Pembaptisan & Iman. Yesus mengusir kegelapan dosa dan kesesatan, memampukan kita untuk melihat kebenaran dan berjalan dalam kekudusan.

  3. Pintu: Gereja & Keselamatan. Yesus adalah satu-satunya jalan masuk ke dalam persekutuan keselamatan, menawarkan akses kepada Bapa dan perlindungan dari pencuri (Iblis).

  4. Gembala Yang Baik: Otoritas & Pengorbanan. Yesus memimpin dengan kasih, mengenal kita masing-masing, dan memberikan nyawa-Nya di Kayu Salib bagi kawanan domba.

  5. Kebangkitan dan Hidup: Sakramen Pengurapan Orang Sakit & Pengharapan. Yesus mengalahkan maut, memberikan hidup kekal, dan menjadi penghiburan dalam penderitaan dan kematian kita.

  6. Jalan, Kebenaran, dan Hidup: Magisterium & Moral. Yesus adalah satu-satunya pedoman mutlak bagi doktrin (kebenaran), moral (jalan), dan tujuan akhir kita (hidup).

  7. Pokok Anggur Yang Benar: Kehidupan Dalam ROH & Doa. Kita menerima kehidupan ilahi dari Yesus. Doa, rahmat, dan karya kita hanya berdaya guna jika kita tetap bersatu dengan-Nya.

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

“Umat terkasih, mari kita wujudkan Kasih Kristus yang hidup melalui persembahan yang datang dari hati yang bersyukur. Gereja adalah rumah iman dan persembahan Anda adalah nadi yang memastikan api pelayanan, kegiatan rohani, dan kesatuan komunitas kita terus menyala terang bagi sesama. Mari kita wujudkan kerinduan hati untuk terus bertumbuh dan berbuah. Berikan yang terbaik, bukan karena kewajiban, tetapi karena Kasih.”

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli