Akhir Zaman – Part3
Bagaimana Seharusnya Pemahaman Akhir Zaman, Mempengaruhi Hidup Kita Sekarang?
Eskatologi Katolik bukan untuk spekulasi yang tidak sehat, melainkan untuk membentuk cara kita hidup, bekerja, dan berharap.
-
Pengharapan yang Aktif, Bukan Pelarian yang Pasif: Pengharapan kita akan langit dan bumi baru memberi kita semangat untuk mengusahakan kebaikan di dunia ini. Kita bekerja untuk keadilan, perdamaian, dan pelestarian ciptaan, karena semua karya baik yang dilakukan dalam Tuhan akan menemukan tempatnya dalam ciptaan yang baru. Iman kita memandang masa depan, tetapi kakinya tertanam kuat di bumi.
-
Hidup dengan Tanggung Jawab dan Pertobatan: Penghakiman mengingatkan kita bahwa hidup kita memiliki bobot kekal. Setiap pilihan, setiap tindakan kasih, dan setiap dosa, memiliki konsekuensi. Ini mendorong kita untuk terus bertobat dan memohon rahmat pengudusan.
-
Penghiburan dalam Dukacita: Doktrin Api Penyucian dan doa untuk arwah memberi kita penghiburan yang mendalam. Kematian tidak memutuskan ikatan kasih kita dengan mereka yang telah mendahului kita. Kita tetap terhubung dalam Komuni Para Kudus dan dapat saling mendoakan.
-
Keberanian dalam Penderitaan: Keyakinan bahwa tubuh kita akan dibangkitkan dan dimuliakan memberi makna baru pada penderitaan, penyakit, dan bahkan kematian tubuh kita. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang suatu hari nanti akan dipulihkan dalam kemuliaan.
Apa Kesimpulan Akhir Yang Dipelajari?
Eskatologi Katolik, yang digali dari Kitab Suci, dipahami dalam terang Tradisi, dan ditegaskan oleh Magisterium, pada akhirnya adalah sebuah “Eskatologi yang Dipenuhi Inkarnasi.” Karena Sang Firman telah menjadi daging dan diam di antara kita, maka masa depan kita melibatkan keselamatan seluruh pribadi, jiwa dan raga, serta pemulihan seluruh ciptaan.
Kita tidak menantikan kehancuran dunia, tetapi pembaruannya. Kita tidak menantikan pelarian dari tubuh, tetapi pemuliaannya. Inilah pengharapan yang membebaskan, yang memampukan kita untuk menghadapi kematian dengan keberanian dan menjalani hidup dengan penuh gairah, sambil berdoa dengan sungguh-sungguh: “Marana tha! Ya Tuhan, datanglah!” (1 Korintus 16:22).











