Hidup Dalam Roh – Part3
Bagaimana Hidup Dan Bertumbuh Dalam Roh? Apa Peran Doa?
Pertumbuhan dalam kehidupan Roh adalah sebuah proses dinamisdan hubungan yang terus bertumbuh.
-
Doa sebagai Napas Rohani:
-
Kitab Suci: “Tetapi kamu, berdoalah demikian: ‘Bapa kami yang di sorga…'” (Matius 6:9). “Tetaplah berdoa” (1 Tesalonika 5:17).
-
Makna: Seperti tubuh membutuhkan napas, jiwa yang hidup dalam Roh membutuhkan doa. Doa adalah nafas iman, di mana kita menghirup kehidupan Allah (Roh Kudus) dan menghembuskan pujian, syukur, dan permohonan kita.
-
-
Tiga Cara Hidup Rohani (Tiga Jalan Menuju Kekudusan):
-
Tradisi Suci melalui para Bapa Gereja dan para kudus (seperti St. Yohanes dari Salib dan St. Teresa dari Avila) membedakan tiga tahap atau “jalan” pertumbuhan rohani:
-
Jalan Pembersihan (The Purgative Way): Tahap awal di mana kita berjuang melawan dosa dan kecenderungan egois, terutama melalui doa yang tekun dan pertobatan.
-
Jalan Penerangan (The Illuminative Way): Tahap di mana, setelah dibersihkan, kita semakin diterangi untuk memahami kebenaran Allah dan meneladani kehidupan Kristus.
-
Jalan Penyatuan (The Unitive Way): Tahap kesempurnaan di mana jiwa dipersatukan dengan Allah dalam doa yang mendalam dan kasih yang menyala-nyala, menghasilkan buah-buah Roh yang melimpah.
-
-
-
Buah-Buah Roh (Galatia 5:22-23) sebagai Tolok Ukur:
-
Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
-
Makna: Buah-buah ini bukanlah hasil usaha kita sendiri, melainkan efek otomatis dari kehidupan yang dipimpin oleh Roh. Mereka adalah tanda bahwa Roh Kudus benar-benar berkuasa dalam diri kita.
-
Apa Implikasi Praktis Hidup Dalam Roh?
Hidup dalam Roh mengubah segala sesuatu menjadi sederhana, meski tidak selalu mudah.
-
Hidup dalam Kehadiran Allah: Menyadari bahwa Roh Kudus berdiam dalam diri kita mengubah cara kita bekerja, bersantai, dan berelasi. Setiap momen menjadi kesempatan untuk bersekutu dengan-Nya.
-
Kebebasan Sejati: Hidup dalam Roh membawa kita pada kebebasan sejati—bukan kebebasan untuk melakukan apa saja, tetapi kebebasan untuk mengasihi dan memilih yang baik. “Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Korintus 3:17).
-
Kreativitas dan Keberanian dalam Kesaksian: Seperti pada hari Pentakosta (Kisah 2), Roh Kudus memampukan kita untuk mewartakan Kristus dengan keberanian dan kreativitas yang baru, sesuai dengan konteks dan karunia kita.
-
Penyerahan Diri (Surrender): Kunci hidup dalam Roh adalah penyerahan diri yang terus-menerus. Doa sederhana, “Datanglah, ya Roh Kudus,” yang diucapkan dengan rendah hati, adalah doa yang paling efektif.
Apa Kesimpulan Akhir Yang Bisa Direnungkan?
Hidup dalam Roh, yang dipahami melalui Kitab Suci, dihidupi dalam Tradisi Gereja, dan diterangi oleh Magisterium, adalah panggian universal setiap orang yang dibaptis. Ini bukan untuk para “elite” rohani, melainkan untuk setiap orang beriman—ibu rumah tangga, karyawan, pelajar, biarawan-biarawati.
Hidup dalam Roh adalah kehidupan yang dipimpin oleh Kasih, diwarnai oleh Sukacita, dan didasarkan pada Damai Sejahtera. Ini adalah kehidupan yang memampukan kita untuk berseru, “Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15), dan dengan demikian mengambil bagian dalam kehidupan intim Allah Tritunggal sendiri.
Marilah kita membuka diri setiap hari untuk digerakkan oleh Sang Penghibur, Sang Pengubah, dan Sang Penghidup.