Kristologi – Part2

By -Published On: 13 October, 2025-Categories: Iman Katolik, Katekese-Views: 17-

Bagaimana Gereja Awal Merumuskan Kristologi Melawan Ajaran Sesat?

Di sinilah Tradisi Suci dan Magisterium berperan penting. Gereja Perdana, dipimpin oleh Roh Kudus, berjuang untuk merumuskan imannya secara tepat ketika muncul ajaran-ajaran sesat (bidaah) yang merusak pemahaman tentang Kristus.

  • Bidaah Doketisme: Mengajarkan bahwa Yesus hanya kelihatan seperti manusia, tetapi tubuh-Nya adalah ilusi. Ini menyangkal kemanusiaan-Nya yang sejati.

  • Bidaah Arianisme: (Dipimpin oleh Arius) Mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang paling mulia, tetapi tidak setara dan tidak sehakikat dengan Bapa. Dengan kata lain, Yesus bukanlah Allah sejati.

  • Bidaah Apollinarisme: Mengajarkan bahwa Yesus memiliki tubuh manusia tetapi jiwa/akal budi-Nya digantikan oleh Sang Firman (Logos). Ini merusak kemanusiaan-Nya yang penuh.

  • Bidaah Nestorianisme: (Dipimpin oleh Nestorius) Mengajarkan bahwa dalam Yesus terdapat dua pribadi (pribadi ilahi dan pribadi manusiawi) yang berdampingan. Ini berarti Maria hanya melahirkan pribadi manusia Yesus, sehingga tidak boleh disebut Theotokos (Bunda Allah).

Tanggapan Magisterium melalui Konsili Ekumenis:

  • Konsili Nicea I (325): Menanggapi Arianisme, konsili ini menegaskan bahwa Sang Putra “sehakikat dengan Bapa” (homousios). Syahadat Nicea menyatakan: “Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar, diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa.”

  • Konsili Efesus (431): Menanggapi Nestorianisme, konsili ini menegaskan kesatuan pribadi dalam Kristus dan dengan meriah memproklamirkan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Ini bukan hanya penghormatan kepada Maria, tetapi pernyataan teologis bahwa pribadi yang dikandung dan dilahirkannya adalah Pribadi Ilahi, Sang Firman yang menjadi manusia.

  • Konsili Kalsedon (451): Konsili ini memberikan rumusan klasik dan definitif tentang Kristologi:

    “…kami mengajar untuk mengakui satu dan sama Putra, Tuhan kita Yesus Kristus: yang sempurna dalam keallahan-Nya dan sempurna dalam kemanusiaan-Nya; Allah sungguh dan manusia sungguh,… satu hakikat dengan Bapa menurut keallahan-Nya, dan satu hakikat dengan kita menurut kemanusiaan-Nya; … dikenali dalam dua kodrat tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan.”

Rumusan Kalsedon ini adalah puncak dari perjuangan Kristologis awal, yang dengan seimbang mempertahankan dua kodrat (ilahi dan manusiawi) yang bersatu dalam satu Pribadi (Pribadi Ilahi Sang Firman).

Apa Arti “Kodrat” & “Pribadi”?

Ini adalah titik yang sering membingungkan. Mari kita klarifikasi:

  • Kodrat (Nature): Adalah “apa” (whatness) dari sesuatu. Ini menjawab pertanyaan “Apa dia?”. Yesus memiliki dua kodrat: Kodrat Ilahi (Apa itu Allah) dan Kodrat Manusiawi (Apa itu manusia).

  • Pribadi (Person/Hypostasis): Adalah “siapa” (who) yang memiliki kodrat tersebut. Ini adalah subjek yang bertindak. Yesus adalah satu Pribadi, yaitu Pribadi Kedua dari Tritunggal (Sang Firman).

Analogi (dengan Keterbatasan):
Bayangkan sebuah lautan. Kodratnya adalah air: basah, mengalir, dsb. Sekarang, ambil segelas air dari lautan itu. Kodratnya tetap sama: air. Tetapi, pribadinya berbeda: lautan adalah satu “pribadi”, gelas air adalah “pribadi” lainnya. Ini adalah analogi yang buruk untuk Tritunggal, tetapi berguna untuk membedakan kodrat dan pribadi.

Dalam Yesus, bukan seperti itu. Dalam Yesus, satu Pribadi Ilahi (Sang Firman) memiliki dua kodrat yang berbeda: Kodrat Ilahi yang kekal dan Kodrat Manusiawi yang diambil-Nya dari Perawan Maria. Sang Pribadi Ilahi-lah yang menjadi subjek dari semua tindakan Yesus, baik ilahi maupun manusiawi.

Contoh Penerapan:

  • Ketika Yesus berkata, “Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (tindakan ilahi), yang berkata adalah Pribadi Ilahi Sang Firman.

  • Ketika Yesus menangis di kubur Lazarus (tindakan manusiawi), yang menangis adalah Pribadi Ilahi Sang Firman yang sama, yang sekarang mengalami kesedihan manusiawi melalui kodrat manusiawi-Nya.

  • Inilah mengapa Gereja dapat menyatakan “Allah menderita dan wafat bagi kita”. Bukan kodrat ilahi-Nya yang menderita (karena Allah tak dapat menderita), tetapi Pribadi Ilahi yang menderita dalam kodrat manusiawi-Nya. Ini adalah misteri cinta yang tak terduga.

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

“Umat terkasih, mari kita wujudkan Kasih Kristus yang hidup melalui persembahan yang datang dari hati yang bersyukur. Gereja adalah rumah iman dan persembahan Anda adalah nadi yang memastikan api pelayanan, kegiatan rohani, dan kesatuan komunitas kita terus menyala terang bagi sesama. Mari kita wujudkan kerinduan hati untuk terus bertumbuh dan berbuah. Berikan yang terbaik, bukan karena kewajiban, tetapi karena Kasih.”

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli