Ekaristi : Kurban Yesus Wafat Disalib

By -Published On: 10 April, 2025-Categories: Katekese, Liturgi-Views: 42-

MENJELANG wafat-Nya di salib, “Yesus berseru dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya” (Mrk.15:37). Kesaksian senada, Yesus menyatakan: “…ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Gestur tubuh dan pernyataan Yesus yang dilihat dan didengar kepala pasukan yang berdiri di dekat Yesus, berkatalah ia: “Sungguh orang ini, adalah anak Allah” (Mrk. 15:39). Dengan kematian-Nya disalib, Yesus menyerahkan diri-Nya secara total kepada Allah, Bapa-Nya. Yesus berseru dengan suara nyaring: “…ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku. Dan sesudah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawa-Nya” (Luk.23:46). Menjadi jelas bahwa yang menjadi kurban dalam perayaan Ekaristi adalah Kristus sendiri yang mempersembahkan diri-Nya yang wafat di salib. Dialah kurban sejati

Dalam perayaan Ekaristi sebelum Doa Persiapan Persembahan kita mendengar imam mengajak umat berdoa: “Berdoalah, saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan kepada Allah, Bapa yang mahakuasa”. Missale Romanum dalam bahasa latin: “Oráte, fratres: ut meum ac vestrum sacrifícium acceptábile fiat apud Deum Patrem omnipoténtem.” Di sini ada frase bahasa yang tidak lazim dalam hidup sehari-hari kita, yakni “persembahanku dan persembahanmu” (“meum ac vestrum sacrificium”). Dalam percakapan sehari-hari, adalah lazim untuk memakai kata ‘kita’ untuk menggantikan ‘aku dan kamu’. Sehingga tidak heran, banyak imam, mengganti bagian ini menjadi “persembahan kita”. Hal ini tentu mudah dimaklumi jika memang persembahan imam dan persembahan dari umat adalah persembahan yang sama,yakni kurban Yesus di salib. Ini bukan persoalan aritmatika, “aku dan kamu” adalah “kita” dan juga bukanlah ada dua macam persembahan yang berbeda. Ini masalah dinamika yang menunjukkan asal dan makna persembahan itu sendiri. Dengan kalimat frase “persembahanku” dan “persembahanmu” menunjuk pada di satu pihak bahwa persembahan itu dari Kristus yang mengorbankan diri-Nya di salib. Dalam hal ini, imam sebagai in persona Christi (dalam pribadi Kristus) menyatakan “persembahanku” dari situ asalnya sehingga menjadi “persembahanmu” adalah persembahan seluruh umat. Ada sementara ahli menerjemahkan, “meum ac vertrum sacrificium” dengan “persembahanku, yang adalah persembahanmu”. Itulah alasannya, maka Tahta Suci tidak merestui terjemahan “persembahan kita” dalam TPE, karena dalam teks aslinya pun tidak dipakai “nostrum” (kita).

Dalam perayaan ekaristi kita mengorbankan Kristus. Ia mati sekali untuk menyelamatkan kita dari dosa. Namun, kita mengakui bahwa Allah hidup di sepanjang masa, baik kemarin, hari ini, maupun di masa mendatang. Dalam ekaristi yang kita ikuti, kita membawa kurban yang sama dari masa lalu ke masa kini. Melalui misteri transubstansiasi roti dan anggur, Kristus hadir bagi kita dalam sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya di altar. Pengorbanan Yesus di kayu salib dan pengorbanan ekaristi secara numerik adalah satu, hadir dalam berbagai cara yang berbeda. Pengorbanan Kristus bersifat kekal, bagi seluruh umat manusia dan sepanjang masa. Pengorbanan itu tidak hanya terjadi pada saat pertama kali terjadi. Akan tetapi selalu Kristus selalu hadir terutama dalam Sabda, tubuh dan darah-Nya.

Dalam perayaan liturgi, terutama ekaristi kita ikut mencicipi liturgi surgawi yang dirayakan di kota Yesusalem. Secara simbolik itulah tujuan perziarahan kita. Di kota Yerusalem, “Kristus duduk di sebelah kanan Allah, sebagai pelayan tempat suci dan kemah sejati” (lihat: Why. 21:2; Kol. 3:1; Ibr. 8:2). Harapan kita, agar umat beriman ikut merayakan liturgi, terutama ekaristi “dengan sadar, aktif dan penuh makna” (SC, No. 11)

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

Ayo Wartakan Kabar Baik Ini

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli