Komuni Pertama

By -Published On: 16 June, 2025-Categories: Iman Katolik, Katekese, Liturgi-Views: 9-

Konsili Trente merupakan konsili oikumenis yang dianggap sebagai salah satu konsili paling penting dalam Gereja Katolik. Konsili ini diadakan di Trente, Italia, selama tiga periode antara tanggal 13 Desember 1545 dan tanggal 4 Desember 1563, sebagai jawaban terhadap gerakan Reformasi Protestan. Konsili Trente menyatakan bahwa Gereja Katolik mempunyai tujuh sakramen. Sudah barang tentu tujuh sakramen ini mendapat inspirasi dari Kitab Suci. Pertama, Sakramen Baptis (lihat misalnya Mat. 28:18-20: Kis. 2:38). Kedua, Sakramen Penguatan (lihat misalnya Kis. 8:17). Ketiga, Sakramen Ekaristi berdasar perkataan Yesus sendiri ketika merayakan Perjamuan Terakhir, yang tertulis dalam Injil Sinoptik (Mat. 26-28; Mrk. 14:22-24; Luk. 22:19-20), dan perkataan Santo Paulus dalam 1 Korintus 11:23-25 yang menceritakan Yesus mengatakan tentang apa yang terlihat sebagai roti dan anggur: “Inilah tubuh-Ku … darah-Ku.” Yesus sendiri mengatakan: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh. 6:53-56). Keempat, Sakramen Pengakuan Dosa (lihat misalnya: Yoh. 20:23). Kelima, Sakramen Imamat (lihat misalnya 1 Tim. 4:14. Keenam, Sakramen Perkawinan (lihat misalnya: Ef. 5:31-32). Ketujuh, Sakramen Pengurapan Orang Sakit (misalnya: lihat. Yak. 5:14).

Tiga Sakramen yang pertama, yakni: Baptis, Penguatan, dan Ekaristi (yang diterima pertama kali disebut: Komuni Pertama) merupakan Sakramen Inisiasi. Dulu ada kebiasaan, beberapa hari setelah lahir, bayi langsung dibaptis dan diberi Komuni Pertama sebagai kesatuan Sakramen Inisiasi. Jadi anak yang dibaptis langsung saja menerima komuni. Yesus mencintai anak-anak. Yesus mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah” (Mrk.10:14; selengkapnya lihat Mrk. 10:13, 14,16)). Ada beberapa tafsir atas teks Kitab Suci ini. Ada ahli yang menafsirkan bahwa ini menjawab masalah yang dihadapi Gereja awal berkaitan dengan “boleh tidaknya” bayi atau anak kecil dibaptis dalam Gereja. Ini menjadi salah satu alasan mengapa Gereja Katolik boleh membaptis bayi atau anak kecil, dengan syarat-syarat tertentu, misalnya ada jaminan dari orang tua atau wali baptis bahwa bayi dan anak tersebut dididik secara Katolik. Selain penerimaan Komuni Pertama, anak-anak juga disiapkan terlebih dulu menerima Sakramen Tobat Pertama.

Rupanya Paus Pius X (1835-1914) mendapat inspirasi dari Kitab Suci ini, sehingga ia menerbitkan Dokumen “Quam Singulari” (Betapa Istimewanya) pada tanggal 8 Agustus 1910. Maksud dan tujuannya adalah memberi kesempatan kepada anak-anak yang telah dibaptis untuk mengalami anugerah Sakramen Tobat dan Komuni Pertama pada usia akal budi, yakni ketika seorang anak berumur sekitar tujuh tahun. Dokumen ini tidak pernah dibatalkan oleh seorang paus pun setelah Paus Pius X. Dokumen ini menegaskan bahwa daya kekuatan Sakramen (Ekaristi dan Tobat) dalam hidup manusia melampaui kesadaran dan daya nalarnya. Dokumen ini menyadarkan kita bahwa daya kekuatan Allah juga berkarya dalam diri seorang anak, kendatipun ia kurang menyadarinya. Dikatakan, “Takut akan Tuhan ialah permulaan pengetahuan” (Ams. 1:7; bdk. Sir. 1:4). Boleh jadi, manusia zaman ini cenderung mengandalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sedemikian rupa sehingga manusia kurang menyadari daya kekuatan rahmat Allah yang menyelamatkan dalam hidupnya.

Komuni Pertama hendaknya menjadi perayaan keluarga. Orang tua adalah pendidik utama dan penanggung jawab utama pendidikan anak. Para katekis di paroki atau sekolah hanya membantu tetapi tidak menjadi hakim yang memutuskan lulus tes ujian masuk Komuni Pertama. Usia enam atau tujuh tahun boleh dinilai telah mencapai usia akal budi. Maka Komuni Pertama boleh dipertimbangkan dirayakan pada usia enam atau tujuh tahun. Kita perlu percaya bahwa daya kekuatan Sakramen Ekaristi dalam hidup manusia lebih dari kesadaran dan pengetahuannya

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

Ayo Wartakan Kabar Baik Ini

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli