Paham-Paham Dasar Tentang Paroki

By -Published On: 9 July, 2025-Categories: Katekese, Liturgi-Views: 3-

BANYAK hal tentang Paroki telah kita ketahui bersama, misalnya melalui pendalaman bersama Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Tahun 2019, bacaan-bacaan dan juga belajar dari pengalaman. Catatan pinggir ini diandaikan kita telah mengadakan refleksi dan memiliki paham mengenai Gereja KAJ pada tiga pijakan dasar yaitu: (i) Sejarah peziarahan Gereja Katolik di Nusantara, khususnya Jakarta dan sekitarnya, (ii) Spritualitas Gereja KAJ dan (iii) Wajah Gereja KAJ yang ingin kita bangun sesuai dengan kehendak Allah yang maharahim (lih. Pedoman Dasar Dewan Paroki, 2019, hal.21-36).

Kaum Awam dan kebanyakan imam sebelum Konsili Vatikan II, bisa saja cukup berbeda pandangannya tentang Paroki dibandingkan dengan cukup banyak imam yang mengalami pendidikan setelah Konsili Vatikan II. Dewasa ini, mudah saja menemukan definisi tentang Paroki. Paroki ialah “komunitas kaum beriman kristiani tertentu yang dibentuk secara tetap dalam Gereja partikular, yang reksa pastoralnya, di bawah otoritas Uskup diosesan, dipercayakan kepada Pastor Paroki sebagai gembalanya sendiri” (KHK,515; cf. Pedoman Dasar Dewan Paroki KAJ 2019, pasal 1, ayat 7). Pengertian kanonik ini perlu dipahami dalam konteks menyeluruh dokumen Konsili Vatikan II (4 Konstitusi, 9 Dekrit, 3 Deklarasi). Karena bagaimana pun Kitab Hukum dianggap sebagai pelengkap ajaran Konsili Vatikan II. Bahasa kanonik tidak sama dengan bahasa Teologi tentang Gereja sebagai dinyatakan dalam Konsili Vatikan II. Bahkan perlu disadari pemahaman tentang paroki dewasa ini tidak selalu sama dengan pelaksanaannya sebagaimana dalam Gereja Perdana dan dalam setiap periode perjalanan sejarah Gereja. Komunitas Gereja Perdana tidak terbentuk secara iuridis ecclesial territorial tetapi justru sangat charismatis ecclesial diaspora. Mereka sering berkumpul dalam doa dan merayakan ekaristi, saling tolong menolong dalam persaudaraan sejati. Gereja perdana, “mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kis.2:42).“Segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” (Kis.4:32). Komunitas ini mulanya terdiri dari jumlah umat yang kecil, namun lambat laun berkembang menjadi komunitas dengan umat yang besar. Akan tetapi, “di tengah mayoritas umat, selalu saja ada komunitas kecil dengan iman yang kuat, mandiri dan berakar. Mereka tidak mencari kekuasaan untuk mengubah dunia. Mereka terpanggil menerangi dan menggarami dunia dengan karya kasih di bidang pendidikan, kesehatan, panti asuhan dan amal kasih lain. Mereka percaya bahwa hanya Ekaristi, satu-satunya yang dapat mengubah dunia. Bagi mereka ini pemimpin negara tidak perlu harus selalu Kristen, asal saja orang berkeutamaan baik dan berkeadilan. Sejak awal timbul kesadaran, perkembangan umat kristiani bukan dengan pedang kekuasaan, tetapi dengan daya pikat melakukan perbuatan kasih sebagai identitas mereka” (Jacobus Tarigan. “Politik Diaspora”. Dalam: Hidup. Mingguan Katolik. No. 23, 9 Juni 2019, hal. 50).

Mulanya umat berkumpul di sekitar para rasul dan juga pada beberapa Bapa-Bapa Gereja. Muncul pemimpin karismatis. Perlahan-lahan komunitas kristiani terbentuk menjadi Paroki dan mengalami perkembangan pesat justru pada abad pertengahan. Perkembangan ini dipacu pula oleh hukum Romawi. Para uskup sebagai pengganti para rasul memiliki wewenang sebagai guru, imam dan pastor utama. Setiap uskup memimpin sebuah wilayah yang luas. Siapa yang harus menjaga semua harta itu? Maka diangkatlah imam-imam untuk melayani kebutuhan rohani umat di desa. Akan tetapi sekaligus pula menjaga harta kekayaan Gereja. Dan dapat dipahami mengapa pastor paroki pada waktu itu tidak dipindah-pindah, akan tetapi melayani umat desa seumur hidup. Konsili Trente (1545-1563) memasukkan pengertian tentang paroki ke dalam Hukum Gereja. Misalnya dengan menetapkan bahwa uskup mempunyai wewenang penuh dalam menjaga etika dan aturan sesuai ajaran Gereja, terutama tentang tugas seorang pastor paroki dalam mengurus harta benda Gereja dan pelayanan Rohani (bersambung).

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

Ayo Wartakan Kabar Baik Ini

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli