Mendengarkan Sabda Tuhan
KONSILI Vatikan II (1962-1965) menyatakan : “Dengan kekuatan-Nya, Ia hadir dalam sakramen-sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia sendiri yang bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: ‘Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka’ lih Mat. 18:20”(Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Concilium-SC, 7).
Jelaslah, dengan merayakan Liturgi Sabda, Kristus hadir sendiri di tengah umat-Nya. Kristus menjadi Sakramen Kehadiran Allah yang dapat didengar melalui Bacaan-bacaan Kitab Suci. Oleh karena itu Perayaan Liturgi Sabda harus disiapkan, ditata dengan baik sehingga menjadi doa meditatif dan kontemplatif. Dalam hal ini tugas Lektor-lektris mempunyai makna tertentu dalam perayaan liturgi. Maka dari itu mereka yang menjalankan tugas mulia ini harus dipersiapkan dan mempersiapkan diri dengan baik dan benar. Perlu disadari juga bahwa semua petugas dan pelayan liturgi, bahkan seluruh umat yang ikut dalam perayaan berpartisipasi, sadar dan ikut dalam keseluruhan perayaan liturgi. Dalam hal ini, Lektor bukan sekedar menjalankan tugasnya dalam Liturgi Sabda, akan tetapi ikut, sadar dan terlibat dalam keseluruhan perayaan yang sedang berlangsung, dari Ritus Pembuka sampai dengan Ritus Penutup. Perlu diingat lagi, “Kemeriahan sejati suatu perayaan liturgi tidak tergantung pertama-tama pada indahnya nyanyian atau bagusnya upacara, akan tetapi pada makna dan perayaan ibadat yang memperhitungkan keterpaduan perayaan liturgis itu sendiri dan pelaksanaan setiap bagiannya sesuai dengan ciri khasnya” (Instruksi tentang Musik dalam Liturgi, Musicam Sacram, No. 11).
Bagaimana umat menanggapi Sabda Tuhan? Tanggapan pertama adalah mendengarkan Sabda Tuhan, dengan diam, membuka mata, hati dan budi menanggapi kehadiran Allah yang bersabda. Tanggapan kedua menciptakan keheningan setelah Bacaan Pertama. Inilah kesempatan merenungkan Sabda Tuhan. Setelah itu, sebelum bacaan Injil (Evangeliarum) dinyanyikan Mazmur Tanggapan. Dalam perayaan ekaristi umat menanggapi sabda Tuhan dengan menggunakan sabda Tuhan juga. Melalui Mazmur Tanggapan kita merasakan dan menghayati bahwa Sang Sabda, Kristus sendiri hadir menjadi manusia dalam hati kita dan membimbing kita dalam persekutuan Roh Kudus untuk memuliakan Allah Bapa. Tentang Mazmur Tanggapan dinyatakan: “Sesudah bacaan pertama menyusul mazmur tanggapan, yang merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. Mazmur tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan yang bersangkutan, dan biasanya diambil dari Buku Bacaan Misa (Lectionarium). Dianjurkan bahwa mazmur tanggapan dilagukan, sekurang-kurangnya bagian ulangan yang dibawakan oleh umat” (PUMR, No. 61). PUMR tidak menyebut dapat dipilih satu ayat atau lebih, tetapi mengingat “mazmur tanggapan memilikki makna liturgis dan pastoral yang penting”, sewajarnya bisa diartikan semua ayat hendaknya dinyanyikan atau didaraskan. Mazmur sendiri dipilih Gereja untuk menanggapi Sabda Allah kerena mazmur dapat dipahami sebagai rangkuman dari Pernjanjian Lama.
Mazmur Tanggapan sudah diseleksi dengan teliti oleh sejumlah ahli di bidang liturgi, teologi pastoral, dan ahli Kitab Suci. Karena fungsinya menanggapi sabda Tuhan sewajar tidak diganti dengan lagu apa saja, apalagi dengan lagu antar bacaan yang tidak selaras Sabda Tuhan baru didengarkan.