Minggu Adven Pertama – Mat 24:37-44 Berjaga-Jagalah

By -Published On: 26 November 2025-Categories: Renungan-Views: 29-

Tatkala Gereja menyalakan lilin Adven pertama hari minggu ini, kita diingatkan bahwa kegelapan dunia tidak mengalahkan cahaya kecil yang terjaga. Dan hati yang berjaga adalah hati yang menyala—meski kecil, namun cukup untuk menuntun kita bertemu dengan Kristus Yesus, Tuhan kita, Raja Semesta Alam yang minggu lalu kita rayakan.

Yesus menegaskan: “Berjaga-jagalah!” Seruan ini, dalam bahasa iman, adalah panggilan untuk hidup dalam disposisi rohani yang siap merespons inisiatif Allah. Berjaga bukan berarti hidup dalam kecemasan, tetapi disponibilitas hati—artinya: kesiapsediaan batin untuk menangkap cara Allah menyapa melalui peristiwa hidup sehari-hari.

Adven, adalah waktu untuk memperdalam discernment rohani, yaitu: kemampuan membedakan mana yang berasal dari Roh Allah, mana yang hanya nafsu zaman. Adven mengajak kita membangun keheningan interior supaya gerak penyelenggaraan Ilahi dapat kita tangkap, terutama dalam hal-hal yang paling sederhana: perhatian kecil kepada sesama, kesetiaan pada doa harian, integritas dalam tugas, keterbukaan terhadap Sabda.

Apa arti berjaga bagi kita pada awal Adven ini?
Pertama, berjaga berarti kembali membangun kesadaran eskatologis—bahwa hidup kita menuju Kristus dan hanya menemukan makna terdalam dalam terang Dia yang datang.
Kedua, berjaga berarti menata ulang disposisi batin: melepaskan kebiasaan yang menggelapkan relasi dengan Allah, dan kembali pada ritme hidup rohani yang sehat—doa, sabda, sakramen, dan amal kasih.
Ketiga, berjaga berarti menghidupi kasih sebagai bentuk paling konkret dari iman yang siap menyambut kedatangan Tuhan.

Ketika lilin Adven pertama dinyalakan, kita diingatkan bahwa hati yang berjaga adalah hati yang diterangi Sabda—hati yang tidak mudah dikuasai kegelapan zaman ini, sebab orang beriman hidup dalam orientasi kepada Allah.

Dalam bacaan Injil Minggu ini, Yesus memakai gambaran zaman Nuh. Orang-orang makan dan minum, kawin dan mengawinkan—semua kegiatan yang normal, wajar, dan manusiawi. Masalahnya bukan pada kegiatan itu melainkan hidup berjalan seperti biasa, tetapi hati tidak lagi peka terhadap Allah. Rutinitas menumpulkan batin. Hidup seolah-olah tidak ada lagi yang perlu ditunggu, tidak ada yang perlu diperbaharui, tidak ada arah yang lebih dalam. Yesus lalu berkata tentang dua orang di ladang, dua perempuan di penggilingan: satu diambil, satu ditinggalkan. Ini bukan gambaran nasib acak. Yesus sedang menggambarkan perbedaan batin: ada yang waspada, dan ada yang terlelap; ada yang membuka hati, dan ada yang hidup dalam autopilot rohani.
Karena itu Yesus menegaskan, “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” Berjaga bukan berarti cemas, bukan seperti menunggu bencana dengan rasa takut. Berjaga berarti membiarkan hati tetap hidup, tetap peka, tetap menyala oleh kasih. Berjaga berarti mengizinkan Allah masuk dalam waktu-waktu kecil hidup kita—dalam percakapan, dalam pekerjaan, dalam doa-doa pendek, dalam belas kasih yang kita wujudkan.
Adven mengajak kita kembali pada kesadaran: Allah selalu datang.

Dalam keheningan doa—Ia datang.
Dalam sesama yang rapuh—Ia datang.
Dalam pergulatan hidup yang kita alami—Ia datang.
Dalam setiap kesempatan melakukan kebaikan—Ia datang.
Dalam Ekaristi—Ia datang dengan pasti.
Maka pertanyaannya bukan “kapan Tuhan datang?”, tetapi apakah hati kita sedang terjaga saat Ia datang?

DOA REFLEKSI ADVEN PERTAMA
Tuhan Yesus Kristus,
pada awal masa Adven yang kudus ini
Engkau mengundang kami memasuki kembali jalan penantian,
bukan dengan kegelisahan,
tetapi dengan hati yang diselaraskan kepada gerak Roh-Mu.
Di hadapan-Mu kami hening,
membuka batin kami yang sering terpecah oleh banyak suara,
dan memohon rahmat kewaspadaan rohani,
agar kami mampu membaca kehadiran-Mu
di tengah peristiwa paling sederhana dalam hidup kami.
Ya Tuhan,
Engkau datang bukan hanya pada akhir zaman,
tetapi juga dalam setiap langkah harian kami—
dalam sesama yang membutuhkan,
dalam tugas yang Kau percayakan,
dalam Sabda yang Kau lontarkan ke dalam hati kami.
Namun sering kami lalai
mengenali karya-Mu yang halus dan penuh belas kasih itu.
Pada Adven pertama ini,
jernihkanlah mata hati kami,
agar kami tidak terjebak dalam rutinitas tanpa arah,
melainkan hidup dalam orientasi kepada Kerajaan-Mu.
Bangkitkanlah dalam diri kami sikap siap sedia,
suatu kerendahan hati yang membuka ruang
bagi penyelenggaraan Ilahi yang Kau hadirkan setiap hari.
Tuhan,
jadikanlah masa Adven ini
saat pembaruan batin bagi kami:
agar kami belajar membedakan apa yang benar,
mencintai apa yang Engkau cintai,
meninggalkan apa yang menjauhkan kami dari-Mu,
dan menata hidup kami menurut kehendak-Mu.
Datanglah, ya Tuhan Yesus,
datanglah menerangi kegelapan yang ada di dalam dan di sekitar kami.
Semoga lilin Adven yang dinyalakan Gereja hari ini
menjadi tanda bahwa Engkau sendiri adalah Cahaya
yang memimpin kami menuju kepenuhan hidup.
Kami menantikan-Mu, Tuhan,
dengan hati yang berjaga,
dengan iman yang diperbaharui,
dan dengan cinta yang Kau bangkitkan dalam diri kami.
Amin.
(JT)

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

“Umat terkasih, mari kita wujudkan Kasih Kristus yang hidup melalui persembahan yang datang dari hati yang bersyukur. Gereja adalah rumah iman dan persembahan Anda adalah nadi yang memastikan api pelayanan, kegiatan rohani, dan kesatuan komunitas kita terus menyala terang bagi sesama. Mari kita wujudkan kerinduan hati untuk terus bertumbuh dan berbuah. Berikan yang terbaik, bukan karena kewajiban, tetapi karena Kasih.”

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli