7 Perkataan Yesus – “Akulah Roti Hidup”: Misteri Kehadiran Nyata yang Menghidupkan Jiwa
Apa Kontek dan Arti Harafiah Dari “Akulah Roti Hidup”?
Satu wahyu terdalam dan paling membumi dari Yesus: “Akulah Roti Hidup” (Yohanes 6:35, 48). Pernyataan ini bukan hanya metafora yang indah; ini adalah fondasi dari kehidupan sakramental dan spiritual Gereja Katolik.
Pernyataan ini tercatat dalam Yohanes 6, sebuah bab yang utuh dan sangat teologis. Konteksnya dimulai dengan Mukjizat Pemberian Roti (Yoh 6:1-15), di mana Yesus memberi makan lima ribu orang. Orang banyak yang kagum kemudian mengejar-Nya, dan Yesus menegur mereka karena motif yang materialistis: “Kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda, tetapi karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh 6:26).

Dari situlah, Yesus meluncurkan pengajaran yang membedah antara yang sementara dan yang kekal:
- Yohanes 6:32-33: “Bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti dari sorga yang sejati. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan memberi hidup kepada dunia.”
- Yohanes 6:35: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Arti Harfiah Metafora “Roti”:
- Kebutuhan Dasar: Roti adalah makanan pokok. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai kebutuhan paling mendasar bagi kehidupan jiwa.
- Pemberian Allah: Seperti manna di padang gurun, Roti ini adalah pemberian cuma-cuma dari Bapa.
- Penopang Hidup: Seperti roti jasmani menopang hidup fisik, Yesus, Roti Hidup, menopang hidup rohani dan kekal.
Apa Pesan Yang Ingin Disampaikan Yesus?
Pernyataan ini mengandung pesan berlapis yang ditujukan untuk memenuhi kerinduan terdalam manusia.
-
Allah Peduli pada Kebutuhan Total Manusia (Jiwa & Raga): Mukjizat roti menunjukkan concern Allah pada kelaparan fisik. Tetapi Yesus segera mengarahkan mereka pada kelaparan yang lebih dalam: kelaparan akan makna, pengampunan, dan kehidupan yang melampaui kematian. Ia datang untuk memuaskan kelaparan eksistensial itu.
-
Yesus adalah Satu-Satunya yang Dapat Memuaskan Kerinduan Hati Manusia: Santo Agustinus merenungkan hal ini dalam Confessions-nya: “Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Tuhan, dan hati kami gelisah sampai beristirahat dalam Diri-Mu.” Pesan “Akulah Roti Hidup” adalah jawaban ilahi bagi kegelisahan abadi manusia. Kekayaan, ketenaran, dan kesenangan duniawi hanya seperti makanan ringan yang tidak mengenyangkan; hanya Kristus yang adalah “roti sejati” yang dapat memuaskan.
-
Hubungan dengan Allah Harus Seintim Makan dan Dimakan: Yesus tidak hanya mengajak kita untuk “mempelajari” Dia atau “mengagumi” Dia dari jauh. Ia mengundang kita untuk “memakan” Dia, untuk menerima-Nya ke dalam diri kita sendiri, sehingga Ia menjadi satu dengan kita, dan kita menjadi satu dengan-Nya. Ini adalah undangan untuk keintiman yang paling radikal.
Bagaimana Kita Memaknai, Melakukan Pesan Ini?
1. Respon Teologis: Percaya pada Kehadiran Nyata (The Real Presence)
Ini adalah inti dari respon iman Katolik. Yesus tidak berbicara tentang roti sebagai simbol ingatan yang jauh. Dia berbicara tentang Diri-Nya sendiri sebagai makanan yang sungguh-sungguh.
-
Dasar Kitab Suci yang Tak Terbantahkan:
-
Yohanes 6:51: “Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
-
Reaksi orang Yahudi: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?” (Yoh 6:52). Mereka memahami perkataan-Nya secara harfiah.
-
Yohanes 6:53-57: Yesus justru menggenapi dan mengeraskan perkataan-Nya, bukan melunakkannya: “Sesungguhnya, sesungguhnya Aku berkata kepadamu: jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.… Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.”
-
Akibatnya: “Banyak di antara murid-murid-Nya yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia” (Yoh 6:66). Yesus membiarkan mereka pergi. Seandainya Ia hanya berbicara secara simbolis, tentu Ia akan memanggil mereka kembali dan menjelaskan “maksud-Nya yang sebenarnya”. Tetapi tidak. Karena yang Ia maksud adalah sesuatu yang nyata dan keras.
-
-
Pengajaran Magisterium (Konsili Trente, KGK 1373-1381):
-
Gereja dengan tegas mendefinisikan doktrin Transubstansiasi. Artinya, pada saat konsekrasi dalam Misa, seluruh substansi roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah, Jiwa dan Keallahan Kristus. Yang tinggal hanyalah “rupa” atau “aksiden” (appearances) dari roti dan anggur.
-
“Kehadiran Nyata” Kristus dalam Ekaristi adalah nyata dan substansial, bukan sekadar simbolis atau spiritual.
-
2. Respon Filosofis: Menerima dengan Akal Budi yang Diterangi Iman
Bagi akal budi modern, Transubstansiasi adalah sebuah skandal. Di sinilah filsafat, khususnya metafisika Aristoteles yang diadopsi oleh St. Thomas Aquinas, membantu kita.
-
Perbedaan antara “Substansi” (Apa sesuatu itu) dan “Aksiden” (Bagaimana kelihatannya):
-
Contoh: Sebuah meja (substansi) bisa dicat ulang dari coklat menjadi hitam (perubahan aksiden). Ia tetap meja.
-
Dalam Ekaristi, terjadi perubahan yang lebih radikal: Substansi roti berubah menjadi Substansi Tubuh Kristus. Aksiden-aksidennya (rasa, bentuk, warna, kimiawi roti) tetap ada.
-
-
Ini adalah Misteri Iman: Akal budi kita tidak dapat membuktikannya secara empiris, karena indera kita hanya menangkap aksiden. Namun, akal budi yang diterangi iman dapat memahami bahwa perubahan semacam ini bukanlah hal yang mustahil bagi Allah yang menciptakan alam semesta dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Jika Allah dapat menciptakan, tentu Ia dapat mengubah ciptaan-Nya dengan cara yang melampaui hukum alam.
Apa Kebenaran Sejati Yang Terkandung Di Dalamnya?
Di balik pernyataan “Akulah Roti Hidup” tersembunyi kebenaran-kebenaran sejati tentang realitas:
-
Kebenaran tentang Allah: Allah bukanlah “Dia yang Jauh”. Dalam Ekaristi, Allah Tritunggal menjadi “Dia yang Dekat”, bahkan “Dia yang Ada di Dalam Kita”. Ia merendahkan diri-Nya sedemikian rupa untuk menjadi makanan kita, sebuah tindakan kerendahan hati dan kasih yang tak terpahami.
-
Kebenaran tentang Manusia: Manusia bukanlah jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang jahat. Kita adalah kesatuan jiwa dan raga. Karena itu, Allah menyelamatkan kita secara total: Ia menyentuh jiwa kita melalui tubuh kita (indera kita melihat hosti, lidah kita menjamah-Nya). Kekudusan bukanlah melarikan diri dari hal-hal materi, tetapi menguduskan yang materi.
-
Kebenaran tentang Gereja: Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani (Lumen Gentium 11). Gereja lahir dari lambung Kristus yang terbuka dan dipelihara oleh Ekaristi. Tanpa Ekaristi, tidak ada Gereja Katolik. Komuni yang kita terima juga mengkomunikan kita satu sama lain, membangun Kesatuan Tubuh Mistik Kristus.
-
Kebenaran tentang Hidup Kekal: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh 6:54). Ekaristi adalah jaminan hidup kekal, karena di dalamnya kita menerima Sang Hidup itu sendiri. Ia adalah “obat keabadian” (viaticum) untuk perjalanan kita menuju rumah Bapa.
Apa Yang Dapat Disimpulkan?
Pesan “Akulah Roti Hidup” adalah undangan yang paling personal dari Yesus. Respon kita adalah:
- Secara Teologis: Percayalah dengan segenap hati akan Kehadiran Nyata-Nya dalam Ekaristi Kudus.
- Secara Filosofis: Bersikaplah rendah hati dan akui bahwa akal budi manusia memiliki batasnya, dan bahwa misteri ilahi melampauinya.
-
Secara Praktis:
- Datanglah dan Sambutlah Dia dalam Komuni Kudus dengan hati yang bersih (bebas dari dosa berat, yang disucikan melalui Sakramen Tobat).
- Hormatilah Dia dalam Tabernakel dengan melakukan kunjungan dan adorasi.
- Hidupilah Dia dengan menjadi “roti yang terpecah” bagi sesama, melayani dengan kerendahan hati dan kasih sebagaimana Kristus melayani kita.
Dengan demikian, “Akulah Roti Hidup” bukanlah sebuah doktrin abstrak, melainkan jantung yang berdetak dari iman Katolik, sebuah janji akan persatuan yang mesra dengan Tuhan, dan sumber kekuatan untuk perjalanan kita di dunia ini.













