Aeropagus Baru

By -Published On: 2 November 2025-Categories: Katekese, Renungan-Views: 27-

Kata “Areopagus” berasal dari bahasa Yunani: Ἄρειος Πάγος (Areios Pagos), yang berarti “Bukit Ares” atau “Bukit Mars” — nama sebuah bukit di Atena, yang merupakan tempat berkumpul para filsuf dan pemimpin untuk berdiskusi tentang filsafat, yakni mengenai kebijaksanaan hidup, moral dan etika.

Rasul Paulus “berdiri di hadapan sidang Aeropagus dan berkata, ‘Hai orang-orang Atena, aku lihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak tinggal dalam kuil-kuil buatan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-cari dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini keturunan-Nya juga. Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir bahwa keadaan ilahi serupa dengan emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dam keahlian manusia. Tanpa memandang lagi zaman kebodohan, sekarang Allah memerintahkan semua orang di mana saja untuk bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari ketika Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya. Sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu jaminan tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’ Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata, ‘Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.’ Lalu Paulus meninggalkan mereka. Tetapi beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka”(Kis. 17: 22-34).

Dalam Kisah Para Rasul, Rasul Paulus berkotbah di Areopagus, berbicara kepada para filsuf dan orang bijak di kota Atena. Di sini Rasul Paulus menjembatani iman kristiani dengan kebudayaan dan pemikiran Yunani. Hari ini, dunia digital adalah tempat dan sarana jutaan manusia mencari makna, identitas, dan relasi antar pribadi. Di sinilah Gereja sekarang dipanggil menjadi misioner digital. Itu bukan sekadar mengirim pesan, tetapi menghadirkan Kristus melalui tutur kata, keheningan, dan kasih. Aeropagus baru ini menjadi wadah dan sarana yang menantang kita untuk mewartakan Injil dengan gaya, bahasa dan kasih yang dapat dimengerti oleh mereka yang hidup dalam zaman ini. Rasul Paulus sendiri mengatakan: “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Korintus 9:16). Dalam konteks kita sekarang, itu berarti mewartakan Injil secara dan melalui media digital.

Paus Yohanes Paulus II menerbitkan ensiklik Redemptoris Missio (Misi Sang Penebus), 7 Desember 1990. Dalam ensiklik ini, Paus Yohanes Paulus menulis, “Setelah berkhotbah di sejumlah tempat, Santo Paulus tiba di Athena. Di sana, ia pergi ke Areopagus dan mewartakan Injil dalam bahasa yang sesuai dan mudah dipahami di lingkungan tersebut (bdk. Kis. 17:22-31). Pada masa itu, Areopagus merupakan pusat budaya kaum terpelajar Athena, dan kini dapat dianggap sebagai simbol sektor-sektor baru di mana Injil harus diwartakan.

Areopagus pertama di zaman modern adalah dunia komunikasi , yang menyatukan umat manusia dan mengubahnya menjadi apa yang dikenal sebagai ‘desa global’. Sarana komunikasi sosial telah menjadi begitu penting sehingga bagi banyak orang menjadi sarana utama informasi dan pendidikan, bimbingan dan inspirasi dalam perilaku mereka sebagai individu, keluarga, dan masyarakat luas. Khususnya, generasi muda tumbuh di dunia yang dikondisikan oleh media massa. Sampai taraf tertentu, Areopagus ini mungkin telah diabaikan. Umumnya, preferensi diberikan kepada sarana lain untuk mewartakan Injil dan pendidikan Kristen, sementara media massa diserahkan kepada inisiatif individu atau kelompok kecil dan hanya berperan sebagai perantara dalam perencanaan pastoral. Namun, keterlibatan dalam media massa tidak dimaksudkan hanya untuk memperkuat pewartaan Injil. Ada realitas yang lebih mendalam di sini: karena penginjilan budaya modern sangat bergantung pada pengaruh media, tidaklah cukup hanya menggunakan media untuk menyebarkan pesan Kristen dan ajaran otentik Gereja. Pesan tersebut juga perlu diintegrasikan ke dalam ‘budaya baru’ yang diciptakan oleh komunikasi modern. Ini merupakan isu yang kompleks, karena ‘budaya baru’ tidak hanya berasal dari konten apa pun yang akhirnya diungkapkan, tetapi juga dari fakta bahwa terdapat cara-cara baru dalam berkomunikasi, dengan bahasa-bahasa baru, teknik-teknik baru, dan psikologi baru” (Redemptoris Missio, No. 37).

Dalam konteks pewartaan Injil, seperti dinyatakan Paus Yohanes Paulus II, “Areopagus” melambangkan wadah dan sarana perjumpaan Injil dan dunia. Yang dimaksudkan dengan “dunia” adalah tempat iman berdialog, dan mewartakan iman akan Kristus. Setiap zaman memiliki memilikki Areopagus-nya sendiri: ruang sosial, budaya, politik, dan juga para cendekia diundang hadir dengan semangat dialog dan kesaksian iman.

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

“Umat terkasih, mari kita wujudkan Kasih Kristus yang hidup melalui persembahan yang datang dari hati yang bersyukur. Gereja adalah rumah iman dan persembahan Anda adalah nadi yang memastikan api pelayanan, kegiatan rohani, dan kesatuan komunitas kita terus menyala terang bagi sesama. Mari kita wujudkan kerinduan hati untuk terus bertumbuh dan berbuah. Berikan yang terbaik, bukan karena kewajiban, tetapi karena Kasih.”

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli