PERAN LEKTOR (-LEKRIS) DALAM LITURGI

By -Published On: 2 April, 2025-Categories: Liturgi-Views: 70-

KONSTITUSI Dogmatis tentang Wahyu Illahi (Dei Verbum) dengan tegas mengingatkan bahwa setiap orang katolik terlebih seorang Lektor (-lekris) yang menunaikan pelayanan sabda, perlu berpegang teguh pada Kitab Suci. Ia membacanya dan mempelajarinya dengan saksama. Jangan sampai ada seorang pun dari mereka yang menjadi pewarta lahirlah dan hampa sabda Allah, tetapi tidak mendengarkannya sendiri dalam batin. Santo Hieronimus (c. 342-420), Ignoratio Scripturarum Ignoratio Christi Est – Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus. Sebab “kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi” (DV, 25).

Seorang Lektor (-lekris) dalam Liturgi perlu memahami kekayaan yang melimpah dari Sabda Allah dalam Kitab Suci. Itu diungkapkan dalam pelbagai bentuk-jenis sastra. Bentuk sastra itu: Kisah Sejarah, perumpamaan, nubuat, hukum, peribahasa, doa dan himne. Perumpamaan adalah perbandingan yang ditarik dari alam, misalnya: biji sesawi (Mrk 4:30-32). Perumpamaan menyangkut kehidupan manusia, misalnya: Pesta Nikah (Mat. 22:1-14). Perumpaan disampaikan sebagai sarana untuk menarik perhatian pendengar dan pembaca terhadap kandungan makna moral. Nubuat menyerukan apa yang diilhamkan Allah (Amos 7:15) atau meramalkan sesuatu yang akan terjadi (Mrk. 7:6). Yang paling penting nubuat dihasilkan dorongan Roh Kudus, dalam hal ini orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Pet. 1:21). Hukum adalah norma yang mengatur hak dan kewajiban orang beriman demi kebaikan hidup bersama dalam masyarakat dan Gereja seperti Hukum Kasih (lihat Mat. 22:36-40). Peribahasa adalah kalimat atau perkataan yang tetap susuanannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud tertentu, misalnya “lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mrk. 10:25). Himne adalah madah, lagu lirik dalam bentuk sajak, misalnya: Mazmur untuk mengungkapkan sembah bakti, rasa sedih, rasa kecewa, sikap percaya dan perasaan-perasaan lainnya. Demikianlah ketika kita membaca Kitab Suci, hendaknya kita memiliki kepekaan rasa seni sastra. Dengan begitu kita mampu menemukan pesan Kitab Suci dalam cara seni membaca sastra sesuai tuntutan bentuk-bentuk jenis sastra.

Kata-kata alkitabiah datang dari suatu masa lalu yang nyata. Akan tetapi perkataan tersebut tidak hanya datang dari masa lalu, tetapi pada saat yang sama berasal dari Allah yang abadi dan membawa kita kepada keabadiaan Allah itu. Akan tetapi juga bersamaan dengan perjalanan waktu yakni masa lalu, masa sekarang dan masa depan menyatu dalam realitas. Jelaslah, pelayanan lektor misalnya bukan sekadar public speaking. Akan tetapi menumbuhkan kepekaan keindahan seni sastra. Sama seperti seorang seniman membaca puisi atau cerpen di Taman Ismael Marzuki, demikian juga lektor adalah seniman yang membacakan bentuk-bentuk jenis sastra Kitab Suci. Terlebih dahulu menghayati seni, barulah menyusul teknik pembawaannya.

Ketika membaca Kitab Suci dalam perayaan Ekaristi, hendaknya lektor (-lektris) sungguh sadar bahwa yang diwahyukan Allah dan yang termuat dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus. Sebab Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan sebagai sabda Allah. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara keseluruhan secara katolik merupakan Kitab Suci, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (Dei Verbum, no.11). Dengan demikian agar berhasil menyentuh hati umat, hendaknya bacaan didahului dengan doa “supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa, kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi”(Dei Verbum, 25).

Wartakan kabar baik ini kepada sesamamu

Ayo Wartakan Kabar Baik Ini

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Mars Regina Caeli

Bersama Bunda Maria Ratu Surgawi,
umat Allah Regina Caeli melangkah pasti.
Semakin setia pada Yesus semakin mengabdi sesama, dalam keluarga yang kudus umat basis jaya.
Pegang teguh semboyan:
Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam persaudaraan, berbuah dalam pelayanan
Ukirkan tekad dan kobarkan bara semangat: Mencintai Ekaristi; Mendalami sabda Ilahi;
Bersaudara yang sejati, berbagi hati,
melayani dengan kasih yang lemah dan letih.
Jadilah laskar Kristus Regina Caeli